Sabtu, 21 April 2012

Puisi Ku

Seperti Sabait Kemarin



Dan seperti sabit kemarin,
Perih mencubit sakit
tetap hati yang mencoba tuk berhenti menangis...


Dan seperti sebelumnya,
Ketika cembungnya timbul di timur langit,
Ku sapu deru debu ku dengan rasa teriris dan,
Lagi ku coba tuk berhenti merintih...


Dan Purnama pun menyapa tepat ketika senja memamerkan jingga,
Ku lepas sayap-sayap mimpi yang tercabut cabik dari kumpulan mimpi yang terlupa dan,
Lagi ku coba menahan perih atas jatuhnya bongkahan batu yang jatuh di dada...

Kini sabit kesekian,
Sejak kau berbicara dengan menggunakan punggung tegapmu,
ku sabdakan pada hatiku, nyawaku, dan
Pada nafasku tentang titahmu
"Kumbang akan mengutuk diri ketika dia pergi dari anggunnya melati tuk mawar yang penuh duri"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar