Jumat, 22 Maret 2013

Ketulusan Cinta Pahlawan Hidupku

"Sehat nak.? Nda lupa sholat kan.?"
 "Alhamdulillah Ica sehat bi (Abi)--panggilan tuk ayah--. Abi sehat.? Alhamdulillah iya bi."
"Alhamdulillah sehat." 
Huuft,
Mungkin itu lah kalimat yang selalu terucap dari bibirnya ketika beliau meneleponku. Kaku bertanya, kaku menjawab. Tapi aku yakin cintanya tak pernah kaku memelukku. Semua anak di dunia ini pasti memiliki keyakinan yang sama denganku tentang cinta seorang ayah.


Hmmm...
Mengingat sosoknya seperti ada sapuan lembut padda hatiku, damai, ya ku tahu itu cintanya yang begitu sulit beliau verbalkan. Sejak kecil--kata Ummi--aku dekat dengan beliau. Jika berpikir tentang hal tersebut aku jadi tersenyum sendiri, bertanya dalam hati : "Emang ada yang gak dekat sama ayahnya.?". Tapi ternyata banyak, buktinya banyak penulis menjadikan jarak antara ayah-anak yang renggang sebagai bahan yang mereka garap. Aku bersyukur, menjadi sala satu dari berjuta anak di bumi yang merasakan hangatnya kedekatan jarak ayah-anak.

Jika ingat kenangan-kenangan yang telah Allah tulis dalam novel hidupku, rasanya aku ingin tertawa, tapi juga ingin menangis. Betapa tidak, dari adegan lucu, mengharukan, hingga 'bendel'nya aku sebagai anak tersajji lengkap dalam novel itu.Selama ini Abi tak pernah memukulku, hanya mendengar beliau berdehem antenaku lavgsung menangkap sinyal bahwa itu bahaya. Ada satu kenangan lucu... Waktu itu kalo tidak salah aku masih duduk di bangku kelas 4 SD, begini ceritanya... Ehem.. Ehem..

Sore itu seperti biasa pukul 16:00 Ummi memanggilku tuk segera mandi (mungkin menurut kalian masih terlalu panas siang, namun bagi aku itu lah waktu mandi, orang tuaku takut penyakit paru-paruku kembali jika mandi terlalu sore. Terimakasih tuk cinta kalian.) namun aku tak pedulikan panggilannya, aku tetap saja bermain di lapangan yang letaknya tepat di belakang rumahku. Kira-kira setengah jam kemudian ummi kembali menjemputku di lapangan agar aku segera pulang mandi, lagi-lagi aku menolak dengan jurus andalan "menangis". Ummi akhirnya mengalah padaku dengan mengatakan "Oke, 15 menit lagi pulang mandi.". Tepat seperti yang beliau katakan lima belas menit kemudian aku dipanggil kembali. Aku masih menolak, krena teman-temanku masih asik bermain. Akhirnya ummi pulang ke rumah. Tanpa ku duga abi memanggilku dari pintu belakang rumah, sambil memegang ikat pinggang abi berkata : "Ica gak mau pulang.? Mau sakit lagi.? Mau minum obat lagi.?" Suara abi sebenarnya tetap tenang tanpa emosi, namun karena ikat pinggang yang di acungkan aku jadi tak berani melangkah pulang malah pipis di celana dan menangis ketakutan. Hahaha... Melihat hal itu abi bergegas menjemputku lalu menggendongku sambil berkata "Iya nak, iya. Abi nda pukul kok. Tapi Ica janji nda boleh nolak lagi, mandi ya..."

Seingatku itu pertama dan terkhir beliau mengancamku dengan ikat pinggangnya. Tapi, berkat didikannya yang lembut namun tegas alhamdulillah aku jadi seperti ini, mengerti bagaimana harus bersikap pada mereka berdua, memahami banyak hal karena kelembutan. Terimakasih tuk cinta kalian.

Kejadian 'bandelnya' aku rasanya tak mampu ku tulis, bukan karena malu. Aku hanya tak sanggup mengingat betapa jahatnya aku pada cintanya

Abi...
Terimakasih tuk semua.
Aku tahu tak mungkin membalas jasamu, besarnya cintamu pun mungkin tak mampu ku capai. Tapi ku mohon doamu selalu agar aku menjadi anak yang berbakti, menjadi anak yang mampu membawamu ke surgaNya.

Abi,
Apakah kau tahu ???
Abi adalah ayah terhebat di dunia. Ayah nomor 1.

Dari peri kecilmu yang lucu...
Segenap cinta tuk Pahlawanku...
Abi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar